Pages

Dasa Dharma Pramuka

Kedai

www.raff29.wordpress.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Kamis, 16 April 2009

Pengalaman Pelantikan TKU 1994 - 2000 SMAN Ciawigebang

o PENDAHULUAN
Untuk menuju Tingkatan Bantara, para peserta didik Pramuka harus berjuang dan memiliki tekad yang kuat untuk menempuh beberapa proses. Sebagian peserta didik menganggap bahwa kebantaraan adalah sesuatu yang menakutkan, melelahkan, buang-buang waktu dan memandang sebelah mata, namun ada pula sebagian peserta didik yang berminat terhadap kebantaraan.
Mereka yang menganggap Bantara ( Pendidikan Kepramukaan ) adalah sesuatu yang menakutkan dan buang-buang waktu adalah orang yang tidak mau berkembang dan bangga akan ketergantungan mereka terhadap orang tua, selalu cengeng dan pesimis dalam memandang hidup. Sementara Bagi mereka yang menganggap Pendidikan Kepramukaan ( Bantara ) adalah sesuatu yang mengasyikkan dan penuh tantangan adalah orang yang mau berkembang untuk bisa hidup mandiri, optimis dalam memandang hidup, berpola fikir dewasa, dan upaya mendekatkan diri pada alam adalah upaya mendekatkan diri pada Pencipta-Nya.
Ada bunga lain yang bisa menggantikan mawar sebagai lambang cinta, tapi tak ada tunas lain yang bisa menggantikan tunas kelapa sebagai lambang pramuka. Sebab dalam tunas itu kita bisa menemukan segalanya, Cinta, Persahabatan, Persaudaraan, dan pendewasaan diri.
Untuk lebih jelasnya akan kami paparkan sekelumit catatan perjalan menuju tingkat Bantara yang dibagi beberapa tahap dan disesuaikan dengan adat ambalan ( sesuai dengan pengalaman yang kami ikuti ) dan Lampiran Keputusan Kwartir Gerakan Pramuka Nomor 080 Tahun 1988 Tentang Pola dan Mekanisme Pembinaan Pramuka Penegak dan Pandega

o LATIHAN MINGGUAN
Tamu penegak adalah seorang Pramuka Penggalang yang karena usianya dipindahkan dari Pasukan Penggalang ke Ambalan Penegak. Lamanya pendidikan di Masa awal penerimaan Tamu Penegak adalah 3 Bulan. Selama jangka waktu tersebut seluruh siswa baru diwajibkan mengikuti kegiatan kepramukaan yang biasa diselenggarakan tiap hari Jumat. Materi Yang diajarkan adalah materi Pendidikan Kepramukaan Dasar seperti :
  1. Sejarah Kepramukaan Dunia
  2. Sejarah Kepramukaan Indonesia
  3. Pengenalan AD / ART Gerakan Pramuka
  4. Pengetahuan tentang Ambalan PAS dan DP
  5. Kode Moral dan Kode Kehormatan Gerakan Pramuka
  6. Struktur Organisasi Kepramukaan
  7. Salam Pramuka
  8. Teknik Kepramukaan seperti PBB, Sandi-Sandi( Semaphore, Morse, dan lain-lain ), Pionerring, Bivak, dan lain-lain
  9. Korelasi Pengetahuan Pramuka dengan Pengetahuan umum, seperti materi menaksir tingi, jarak dan luas dengan materi Mata Pelajaran Matematika
Selama menjadi Tamu Penegak / Tamu Ambalan peserta didik mempunyai kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan adat istiadat yang berlaku di ambalan Pangeran Arya Santang dan Dyah Pitaloka, seperti :
  1. Pakaian Seragam Pramuka tamu Ambalan adalah Seragam Pramuka tanpa Kacu dan tanda pengenal lainnya, memakai kaos kaki hitam dan sepatu berwarna hitam serta memakai sabuk hitam.
  2. Tamu Ambalan diwajibkan memakai pita di pergelangan tangan / jari / Bahu Sebelah kiri / Dada sebelah kiri dimaksudkan untuk membedakan dengan pramuka biasa ( Lain Ambalan/ bukan anggota Ambalan ), Tamu Ambalan dan anggota Ambalan
  3. Berpakaian Rapi setiap mengikuti Latihan Mingguan
  4. Tamu Ambalan mampu menegakkan kedisiplinan dan wajib mentaati adat ambalan
  5. Wajib Berbahasa Indonesia yang baik dan benar dalam setiap pertemuan latihan mingguan dalam setiap akhir bulan dalam pertemuan Latihan Mingguan Tamu Ambalan wajib berbahasa Sunda yang halus
  6. Setiap sangga beranggotakan 10 orang Tamu Ambalan
Untuk Membentuk Solidaritas/ Kebersamaan antar sesama anggota sangga diberlakukan sistem sanksi berantai. Jika salah satu Anggota Sangga tidak hadir dalam pertemuan Latihan Mingguan Maka Anggota Sangga Lainnya dengan penuh kesadaran melaksanakan sangsi yang telah disepakati yaitu sanksi 1 Seri ( Yang berlaku saat itu adalah 30 Push Up all body untuk putra dan half body untuk putri, 30 Squat Jump untuk putra 30 Up and Down untuk putri dan 30 Shit Up ). Dalam perkembangannya sanksi ini berubah dari waktu ke waktu disesuaikan dengan situasi dan kondisi. Jika dua orang tidak hadir maka sanksi di kali 2 dan seterusnya.

o PERKEMAHAN SAMBUT TAMU AMBALAN
Selama tiga bulan menjadi Tamu ambalan, Anggota Ambalan lainnya diberi kesempatan untuk mengenal dan menilai Tamu Ambalan. Kegiatan Pendidikan Kepramukaan pada tahap ini diakhiri dengan Perkemahan Sambut Tamu Ambalan yang dulu dikenal dengan Perkemahan Jumat, Sabtu Minggu ( Perjusami ).
Perkemahan ini bertujuan agar peserta didik Tamu Ambalan dapat memahami pentingnya kegiatan perkemahan sebagai ajang :
  • Mempercepat proses pergaulan antar teman dan saudara.
  • Mengembangkan pengetahuan dan pengalaman kepemimpinan.
  • Penanaman sikap semangat kekeluargaan dan gotong royong.
  • Pengembangan Keterampillan yang berguna bagi dirinya maupun bagi masyarakat.
  • Penyadaran diri untuk bersikap tidak manja, cengeng dan selalu bergantung pada orang tua agar tercipta jiwa yang mandiri
  • Meningkatkan Rasa persatuan dan kesatuan serta mengarahkan sikap dan perilaku yang mengarah kepada hal yang bersifat positiPembentukan watak, disiplin dan kepemimpinan serta membina dan mengembangkan pengetahuan dan keterampilan

Dalam Perkemahan ini peserta Perkemahan terdiri dari :
  1. Peserta Utama, adalah peserta yang berasal dari Anggota Tamu Ambalan yang akan dilantik menjadi Penegak
  2. Peserta Undangan, adalah peserta yang berasal dari Palang Merah Remaja ( PMR ) dan Paskibra
  3. Panitia, adalah Anggota Dewan Kerja Ambalan Kelas XI ( yang sedang menjabat pada saat itu )
  4. Peninjau, terdiri dari Pengurus Kwarcab/ Kwarran, DKC / DKR, Saka, Dewan Pembina, Anggota Dewan Kerja Ambalan Kelas XII, dan Alumnus ( Rover Scout )

a. Persyaratan Peserta
  • Terdaftar sebagai anggota Gerakan Pramuka Ambalan Pangeran Arya Santang dan Dyah Pitaloka
  • Sehat jasmani dan rohani
  • Seizin orang tua, dan diketahui oleh Mabigus
  • Mampu mentaati segala ketentuan yang dikeluarkan oleh panitia
  • Sanggup melaksanakan prinsip-prinsip dasar kepramukaan dalam semua kegiatan
b. Kewajiban Peserta

A. Kewajiban Pribadi :
  1. Setiap peserta diwajibkan membawa pakaian Pramuka lengkap dengan atributnya minimal 1 stel
  2. Membawa alat-alat : makan, tidur, ibadah dan olah raga
  3. Tongkat ukuran 165 cm
  4. Obat-obatan pribadi
  5. Alat-alat tulis
  6. Senter
  7. Tambang Pramuka
  8. Satu bungkus
  9. Jas Hujan ( Ponco )
  10. Dua Ikat Kayu Bakar
  11. Satu Set Bendera Semaphore

B. Kewajiban Kesatuan ( Sangga )

1. Satu buah tenda & Papan Nama Sangga
2. Satu buah lampu petromak/1 meter kabel 1 buah lampu pijar
3. Satu buah bendera merah putih
4. Satu buah bendera tunas kelapa dan bendera regu
5. Dua buah kompor
6. Dua buah ember
7. Dua buah ketel
8. Tali Rafia /tambang secukupnya
9. Satu buah linggis kecil
10. Satu buah kompan minyak dan corongnya
11. Seperangkat alat masak( Panci, kwali, dll )
12. 3 lembar Tikar
13. Kapak,Golok,Gergaji,Palu dll
14. Alat-alat hiburan
15. Satu buah kentongan
16. Tempat wudlu dari bambu
17. Bambu dan patok-patok
18. Gapura Tenda Indah
19. Pagar Tenda Indah
20. Tempat Alat Makan dari bambu
21. Tempat Alas Kaki ( Sepatu / Sendal ) dari bambu

c.Tata Tertib Peserta

A. Peserta diwajibkan :
  1. Berpakaian seragam Pramuka lengkap
  2. Melaksanakan peraturan yang dikeluarkan panitia
  3. Mengikuti semua kegiatan perkemahan
  4. Menjaga nama baik pribadi & korps Pramuka
  5. Menjaga keselamatan pribadi dan orang lain
  6. Melapor kepada panitia jika akan keluar dari arena perkemahan dan pulang kembali ke Bumi perkemahan tepat waktu
  7. Melapor kepada panitia jika menemukan barang di arena perkemahan
  8. Menjaga kebersihan lingkungan
  9. Memberi hormat/salam kepada sesama Pramuka
  10. Berbicara yang sopan
  11. Menjaga janji dan Kode Kehormatan Pramuka (Trisatya dan Dasa Dharma)
  12. Peserta Dilarang :
  • Memakai pakaian bebas selama kegiatan kecuali dalam kegiatan Olahraga dan Keagamaan, Jika tidak memungkinkan memakai Pakaian Seragam Pramuka maka dianjurkan peserta memakai tanda pengenal pramuka
  • Membawa / Memakai perhiasan yang berharga ( emas/perak/berlian )
  • Keluar komplek Bumi perkemahan tanpa seizin Panitia
  • Mengundang tamu yang bukan peserta kedalam tenda/Bumi Perkemahan
  • Peserta putra berada di tenda putri tanpa seizin Pembina atau sebaliknya
  • Membawa Senjata Tajam yang tidak diperlukan, Rokok dan obat-obatan terlarang
  • Merusak/mengotori lingkungan
  • Merusak tanaman masyarakat
  • Berbicara , berteriak , berbuat yang kurang sopan
  • Mandi disungai yang terlarang
c. Peninjau, Peserta Undangan dan Tamu

A. Peninjau

  1. Peninjau adalah para Pembina Pramuka, Anggota Mabigus, Orang tua, Alumnus, Andalan Kwarran/Kwarcab, DKR/DKC, Alumnus Bantara Dan Rover Scout
  2. Tidak disediakan tenda untuk bermalam
  3. Memasuki arena perkemahan dengan seizin Panitia, dan selalu memakai tanda pengenal
  4. Tidak ikut campur dalam pelaksanaan Acara di Bumi Perkemahan
B. Peserta Undangan

  1. Peserta Undangan adalah para anggota PMR dan PASKIBRA
  2. Menyediakan Sendiri Tenda untuk bermalam
  3. Keluar masuk arena perkemahan dengan seijin Panitia
  4. Tidak diperbolehkan memakai pakaian bebas dan selalu Menggunakan Tanda Pengenal Organiasai untuk membedakan dengan peserta yang lain
  5. Tidak ikuti campur dalam pelaksanaan Acara di Bumi Perkemahan
  6. Melaksanakan Tugas yang diberikan oleh Panitia seperti : PMR Membantu dalam hal penyediaan tim kesehatan, Paskibra membantu dalam hal pengamanan dan lain-lain

C. Tamu

  1. Tidak dilarang memasuki arena perkemahan asal seizin Panitia
  2. Tidak disediakan tempat / tenda untuk bermalam
  3. Waktu berkunjung ditentukan Panitia
  4. Para tamu diharap mentaati persyaratan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh Panitia
  5. Selama Perkemahan, para peninjau, menilai sikap dan tingkah laku peserta Tamu ambalan hingga diakhir acara perkemahan sebelum mereka resmi dilantik menjadi Penegak, Para peninjau akan memberikan laporan kepada Mabigus dan menjadi bahan pertimbangan apakah peserta Tamu Ambalan berhak dan pantas menjadi Anggota Penegak Ambalan Pangeran Arya Santang Dan Dyah Pitaloka atau tidak.
Jika hasil perkemahan tidak mencapai tujuan akhir yaitu proses pembetukan watak, disiplin dan kepemimpinan serta pengetahuan tamu ambalan tidak tercapai maka peninjau diperbolehkan untuk mengajukan persyaratan dan disetujui oleh Mabigus.
Persyaratan biasa yang berlaku di Ambalan PAS dan DP antara lain adalah :
  • Lama Pemakaian Pita tanda Pengenal Tamu Ambalan yang tidak memenuhi kriteria kelulusan ditambah satu bulan
  • Selama satu bulan Tamu Ambalan yang tidak memenuhi kriteria kelulusan kembali wajib mengikuti latihan mingguan
  • Dalam setiap Latihan Mingguan Tamu Ambalan yang tidak memenuhi kriteria kelulusan akan mendapat bimbingan pembetukan watak, disiplin dan kepemimpinan serta pengetahuan, sehingga di akhir bulan mereka dapat menghasilkan sebuah Karya tulis yang berkaitan dengan hal tersebut diatas.
Bagi Tamu Ambalan yang telah memenuhi Kriteria kelulusan dan telah diterima sebagai penegak di Ambalan PAS dan DP mempunyai hak untuk mengikuti tingkatan berikutnya di Golongan Penegak.

o LATIHAN CALON TINGKAT BANTARA
Calon Tingkat Bantara adalah Tamu ambalan yang telah dilantik menjadi anggota Penegak Ambalan dan dengan sukarela menyatakan diri sanggup menaati peraturan dan adat ambalan. Lamanya menjadi Calon Tingkat Bantara sedikitnya 6 ( Enam ) Bulan. Calon harus mawas diri dan menghargai orang lain serta menyadari hak dan kewajibannya antara lain :
  1. Tidak / belum mempunyai hak suara dalam Musyawarah Ambalan
  2. Mempunyai hak bicara dalam diskusi, pertemuan dan musyawarah
  3. Harus selalu mengikuti kegiatan Ambalan yang telah ditentukan
  4. Berkewajiban menyelesaikan SKU Tingkat Penegak Bantara
  5. Berkewajiban menyerahkan surat permohonan diri menjadi Calon Tingkat Bantara yang ditanda tangani oleh Orangtua
  6. Berkewajiban ikut menjaga dan mengembangkan nama baik Ambalan
  7. Idealnya dalam proses ini setiap Calon Tingkat Bantara dengan sistem Among dibina dua orang Penegak Bantara/Laksana dari Ambalan PAS dan DP.
Berikut ini adalah proses selama 6 bulan dalam pencapaian Tingkat Bantara

a) Pendaftaran / Seleksi

Salah satu syarat untuk menjadi Penegak Bantara adalah telah diterimanya peserta didik menjadi anggota Penegak Ambalan melalui penyelenggaraan Perkemahan yang diselenggarakan oleh Dewan Kerja Ambalan dan dilantik/disyahkan olek Kak Mabigus. Hasil penggemblengan fisik, mental dan pengetahuan terpilihlah 30 orang Penegak Terbaik dari ± 200 Tamu Ambalan yang mengikuti Perkemahan. Mereka dipilih dari berbagai kriteria, diantaranya adalah : kedisiplinan, penguasaan materi, penguasaan materi, mental kuat dan mandiri serta rasa percaya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Mereka inilah yang merupakan bibit atau cikal bakal Calon Tingkat Bantara, tetapi bukan berarti mereka yang tidak termasuk 30 peserta Tamu Ambalan terbaik tidak bisa mengikuti latihan Calon Tingkat Bantara.
Selain 30 terbaik tersebut, semua Penegak melaksanakan Interview yang di laksanakan oleh Dewan Kerja Ambalan, mereka di tanya satu persatu tentang minat mereka terhadap ke Bantaraan, bahkan sebagai motivasi, mereka diberikan pinjaman TKU ( dulu dikenal dengan Balok Bantara ) sebagai rangsangan agar mereka merasa bangga, apalagi hal tersebut didapatkan dari hasil jerih payah sendiri, tentu akan menjadi suatu kebanggaan yang luar biasa.
Dari hasil interview, akan didapatkan satu jumlah tertentu sesuai dengan minat dan bakat mereka. Para Peminat Calon Tingkat Bantara akan membuat surat permohonan untuk menjadi Calon tingkat Bantara yang ditandatangani oleh orang tua dan kemudian diserahkan kepada Dewan Pembina Gugus Depan SMAN1 Ciawigebang. Satu persatu mereka akan mendapatkan nomor peserta latihan Calon Tingkat Bantara yang harus selalu diingat, baik dalam kegiatan didalam lingkungan sekolah ataupun diluar lingkungan sekolah ( Kegiatan Lapangan )

b) Masa – Masa Percobaan

Para anggota CTB diwajibkan mengikuti pertemuan setiap 1 minggu 2 kali. Yaitu hari Jumat untuk pemantapan materi-materi yang akan diujikan dalam Syarat Kecakapan Umum ( SKU ) dan hari minggu untuk kegiatan lapangan.
Anggota CTB akan menjalani latihan-latihan percobaan ( pengenalan ) yang berlangsung selama ± 4 minggu.
Dalam masa percobaan ini, setiap hari Jumat peserta diwajibkan mencari dan memantapkan Materi SKU dengan nara sumber berasal dari Dewan Pembina ataupun Dewan Kerja Ambalan Senior ( kelas XI / XII ). Dan setiap hari minggu pada latihan lapangan mereka dikenalkan dengan hal-hal yang baru seperti Rapelling ( Turun Tebing ), Climbing ( Panjat tebing ), Navigasi Darat, Lintas air basah / kering, game Out Bond, Bivak dan Survival, serta simulasi-simulasi materi manajemen lapangan.
Pada latihan Lapangan tahap I yang ditempatkan dalam satu lokasi yang memiliki alam yang penuh tantangan, CTB mulai berangkat dari Sekolah dengan cara berjalan kaki ataupun kalau beruntung menumpang truk pasir. Istilah ini dulu dikenal dengan Bajing Luncat. Pada saat saat seperti itu terasa benar rasa kebersamaan ( Solidaritas ) antar sesama anggota CTB dengan Anggota DKA baik kelas XI atupun XII dan Juga Alumnus. Tidak ada salah satu diantara mereka yang dengan sengaja naik kendaraan pribadi ataupun naik kendaraan umum, Semangat KORSA ( Koordinasi Kebersamaan ) tetap terjaga dengan mereka berangkat dan tiba di lokasi secara bersama-sama.
Sesampainya di lokasi, mereka harus berjalan kaki lagi menembus hutan yang jaraknya ± 5 Km sambil berlari-lari kecil dan menyenandungkan lagu-lagu tentang pramuka. Masyarakat di sepanjang jalan pun akan ikut menyemangati rombongan Anggota CTB ini yang berpakaian seragam warna hitam dan celana loreng ( Mulai tahun 1998 celana loreng diganti dengan celana pramuka untuk lebih mengidentikkan dengan kegiatan Pramuka ). Derap sepatu Jungle berderak mengiringi langkag anggota CTB yang penuh kebanggaan.
Di pinggir sebuah sungai, sebelum mereka menerima materi, terlebih dahulu mereka di beri sarapan ala pramuka yaitu kesiapan fisik dan mental dengan melakukan push-up dan squot Jump dan berteriak meneriakkan sandi perjalan ambalan setelah selesaikan melaksanakan sarapan tersebut. Kemudian dengan saling berpegangan tangan ( melambangkan semanhat KORSA ) mereka berlari melintang menyebrangi sungai, menaiki tebing berpasir, berlari dibibir tebing dan terjun ke sungai dengan ketinggian ± 3 meter dari permukaan air.
Setelah menjalani istirahat dan makan siang dan Shalat Dzhuhur, dalam tahap percobaan ini mereka akan diberikan materi pokok yaitu tentang :
  1. Teknik Rapelling sederhana, Teknik rapelling sederhana adalah teknik turun tebing dengan menggunakan sistem Dalver yaitu menuruni tebing hanya dengan menggunakan seutas tambang dadung ( sekarang sudah menggunakan tambang Carmantel ) dengan titik kemiringan 45 0 dan ketinggian ± 10 meter .
  2. Survival, Yaitu Materi tentang teknik bertahan hidup. Kelangsungan hidup seseorang dimana seseorang itu tidak mendapat/menerima fasilitas/pelayanan yang sempurna/semestinya secara teratur karena adanya pengaruh atau masalah yang timbul pada waktu itu. Anggota CTB diajak bersimulasi menghadapi keadaan sulit dan mereka tetap harus bertahan
  3. Bivak, Bivak adalah contoh keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang Pramuka. Bivak artinya bermalam di alam terbuka dengan tujuan melindungi diri dari faktor-faktor alam dengan menggunakan peralatan yang kita bawa atau bahan yang tersedia di alam. Anggota CTB saat itu diberi materi tentang teknik membuat perlindungan sederhana, membuat pelampung sederhana dan lain-lain
  4. Navigasi, Dalam materi ini Peserta belajar tentang teknik penggunan Kompas dan pembacaan peta
Setelah semua materi rampung disampaikan, sekitar pukul 16.00, anggota CTB secara bersamaan kembali ke tempat tinggalnya masing-masing dengan cara Bajing Luncat,

c) Penjajakan

Setelah 4 minggu mereka mengikuti latihan tahap pertama, maka selanjutnya mereka mulai memasuki latihan tahap kedua dengan tantangan alam yang resikonya jauh lebih tinggi.
Pada tahap ini para Calon Tingkat Bantara akan mempraktekkan secara langsung materi-materi yang telah mereka dapatkan di tahap pertama, seperti materi navigasi Darat dan pemetaan, Survival, dan turun tebing dengan titik kemiringan 75O dan ketinggian 20 meter. Selain itu, dalam masa ini juga lebih ditanamkan rasa solidaritas yang mencerminkan rasa senasib sepenanggungan dan terjalinnya ikatan bathin antar sesama anggota CTB dan DKA.
Pada saat istirahat makan siang mereka duduk berdampingan dalam suasana penuh keakraban, ditemani semilir angin yang bertiup sepoi-sepoi mengantarkan wangi-wangian tak sedap yang teronggok di pinggir-pinggir sungai, gemericik sungai dan cicit burungpun ikut menciptakan rasa kebersamaan.
Bagi anggota CTB yang telah berhasil melaksanakan beberapa materi uji seperti Navigasi ( pemetaan dan kompas ), Survival, Bivak, dan turun tebing akan mendapatkan tanda penghargaan berupa kitri tunggal dan pengesahan penggunaan syal untuk Pakaian Dinas Lapangan yang dikenakan pada saat latihan lapangan.
Pada perkembangannya sekarang ini, pengesahan penggunaan syal diadakan acara khusus yang dikenal dengan Pelantikan syal, dan penggunaannya pun tidak hanya pada Pakaian Dinas Lapangan, Tetapi juga pada Pakaian Dinas Harian yang sebetulnya tidak sesuai dengan PP Tanda Pengenal dan Tanda Satuan Gerakan Pramuka yang diterbitkan oleh Kwartir Ranting Gerakan Pramuka Kwartir Nasional.
Sementara itu untuk kegiatan latihan mingguan hari Jumat, setelah melakukan pemantapan materi pada tahap pertama, maka tahap kedua CTB mulai melakukan pengujian Syarat Kecakapan Umum ( SKU ) 95 % dari Jumlah Nomor SKU keseluruhan ( ± 25 No.SKU ). Dengan penguji Dewan Kerja Ambalan Kelas XI dan XII dan pengesahannya dilakukan oleh Dewan Pembina para CTB pada pengujian ini benar-benar di uji mental dan kesigapannya dalam memaparkan materi. Jika mereka lalai dan tidak sigap serta cepat tanggap dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan dari penguji maka proses pengujian akan semakin lama dan semakin sulit, karena CTB akan mendapatkan sangsi berupa tugas lain yang harus dilaksanakan saat itu juga. Pada saat itu kita bisa melihat karakter asli dari anggota CTB, siapa yang cengeng, dan siapa yang mempunyai mental baja akan terlihat pada masa pengujian SKU ini. Dengan bentakan-bentakan yang menjatuhkan mental, juga tugas-tugas menjengkelkan yang harus dilaksanakan saat itu juga diharapkan CTB dapat belajar mencari solusi dan berfikir tetap jernih pada saat kondisi psikologinya sedang turun. Jadi selain pengujian Materi pada tahap ini ketahanan mental CTB juga di uji.
Saat setelah selesai maka acara latihan ditutup dengan evaluasi pengujian SKU hari itu, DKA memberitahukan kepada CTB hal-hal yang harus diperbaiki, dan hal-hal yang harus dipertahankan. Menanamkan kepada mereka bahwa tiada gading yang tak retak namun selalu berusaha agar hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok akan jauh lebih baik dari hari ini.

d) Pelantikan Baret / Bonny

Pada awal bulan keempat ( dihitung dari awal latihan ) tibalah pada tahap III. Setelah tahap pengenalan dan percobaan maka pada tahap ini dilakukan pengujian semua materi lapangan yang telah diterima sebelumnya. Berikut adalah ilustrasi kegiatan pelantikan Baret dan TKU yang dilaksanakan CTB pada periode 1989 – 1999 :
CTB diharuskan berjalan disepanjang jalan menuju lokasi pencarian Baret yaitu di puncak tebing Manenungteung sebelah kanan. Seperti biasa CTB berkumpul disekolah dan diberangkatkan menuju Desa Leuwi Haur dengan cara Bajing Luncat.
Setelah CTB berkumpul semua di Leuwi Haur, dengan bekal materi pemetaan dan kompas mereka akan melanjutkan perjalanan dengan melintasi sungai, naik turun bukit, masuk ladang pertanian, masuk hutan yang jarang di jamah manusia, hingga tiba disebuah mata air yang bernama Tuk Jambe Rancak. CTB akan diistirahatkan di mata air tersebut dan mempersilahkan kepada mereka untuk menambah perbekalan air dengan cara mengambil air dari mata air tersebut.
Perlu diketahui bahwa disetiap latihan lapangan tahap II, untuk menerapkan materi survival CTB tidak diperkenankan membawa uang dalam jumlah banyak, juga tidak diperkenankan membawa perbekalan makanan yang berlebihan karena akan mengakibatkan kecemburuan sosial, juga tidak mencerminkan Dasa Dharma ke 7 Hemat Cermat Dan Bersahaja.
Pada tahap III ini, CTB hanya diperkenankan membawa 1 botol air putih, 1 botol besar air gula merah, sepotong gula merah, sepotong kelapa, sepotong singkong / ubi mentah yang dikalungkan dileher mereka. Sementara isi Ransel hanya terdiri dari pakaian bersih, dan alat sholat serta satu plastik pasir dan dua buah batu-bata.
Setelah beristirahat di Tuk Jambe Rancak, perjalanan dilanjutkan dengan menuruni puncak tebing kemudian menyusuri sungai yang penuh rintangan. Licin dan penuh bebatuan juga dengan kedalaman sungai yang tidak bisa diperkirakan. Namun anggota CTB dengan tetap semangat berbekal tujuannya hari itu bahwa “ BARET HARUS AKU TEMUKAN “ mereka mencari petunjuk ( Sandi-Sandi ) dimana baret mereka disimpan.
Jika salah satu anggota CTB telah berhasil menemukan baret namun bukan miliknya maka ia harus menunggu nama yang tercantum pada baret tersebut untuk kemudian meminta ijin agar baret tersebut menjadi miliknya dengan syarat ia akan membantu mencarikan baret temannya. Pada saat ini akan dapat kita lihat solidaritas antar sesama CTB sebagai bekal mereka menjalankan tugas di masa yang akan datang.
Setelah semua baret telah ditemukan dan sesuai dengan nama pemiliknya masing-masing. Anggota CTB dengan penuh kegembiraan mereka mengadakan sujud syukur bersama-sama kemudian menikmati bekal makanan seadanya.
Perjalanan belum berakhir, setelah itu mereka harus menaiki bukit kembali untuk membuat Bivak berupa pelampung darurat yang terbuat dari Ponco yang diisi dengan daun-daun kering dan diikat dengan kuat. Pelampung darurat ini digunakan pada saat menyeberangi sungai yang arusnya cukup deras.
Setelah berhasil menyeberangi sungai, perjalanan dilanjutkan dengan menyusuri jalanan menanjak yang ketinggian sudutnya hampir mencapai 45O. Mereka harus berjalan Tegak dalam barisan yang rapi, kemudian merangkak dan merayap untuk mencapai puncak bukit Maneungteung sebelah kiri.
Setibanya di puncak mereka harus menuruni kembali bukit tersebut dari sisi lainnya. Menuruni jalan setapak yang curam dan licin hingga tiba dianak sungai yang penuh dengan lumpur dan kedalamannya hampir sedengkul.
Perjuangan anggota CTB benar-benar berat, mereka harus merangkak, terjerembab di lumpur , merayap dan terus merangkak lagi begitu seterusnya hingga tubuh mereka terbalut lumpur menuju sungai di tepi jalan yang kedalamnya ± 120 cm. Dengan menggunakan pelampung darurat mereka berloncatan kedalam sungai dan berenang mengikuti arus hingga tiba pada tambang yang terbentang melintasi sungai. Mereka harus meraih tambang tersebut, kalau tidak ingin terus terbawa arus, walapun mereka berhasil meraih tambang mereka harus terus berjuang kembali menuju tepi sungai.
Materi dilanjutkan dengan teknik melintasi sungai. CTB melakukan praktek Lintas Air kering, dimana mereka harus merayap diatas tambang dadung dan menjaga keseimbangan supaya tidak terjatuh kedalam sungai.
Materi terakhir dalam latihan lapangan tahap III ini adalah materi terberat karena mereka harus memiliki keberanian yang tinggi, sebab salah sedikit akan berakibat fatal. Mereka harus menuruni tebing dengan sudut tegak dan ketinggian diperkirakan 30 meter. Untuk CTB PAS menggunakan Sistem Manual ( Dalver ), dan Untuk CTB DP teknik modern dengan menggunakan peralatan webbing, Carabiner, Dishcaner serta Belayer menuruni tebing tersebut dengan penuh keberanian.
Bagi mereka yang berhasil tentunya merupakan satu kebanggan tersendiri karena telah mampu melaksanakan materi dengan resiko yang cukup tinggi.
Selama dalam melaksanakan berbagai macam materi CTB harus menjaga baret yang telah mereka temukan agar tidak terjatuh, atau hilang dalam perjalanan.
Kegiatan dilanjutkan dengan upacara pengukuhan sederhana dengan ditandai dengan pemakaian Baret secara simbolis oleh Dewan Pembina. Setelah itu CTB berhak memakai Baret yang telah mereka perjuangkan dengan berbagai pengorbanan. Atas dasar itulah maka berlaku adat ambalan yaitu jika anggota PAS dan DP yang baret atau Vet nya terjatuh baik disengaja ataupun tidak maka dengan penuh kesadaran mereka akan melakukan hukuman 1 seri ( Hal ini juga berlaku pada Kacu dan setangan leher yang terjatuh )
Setelah acara pengukuhan pemakaian Baret selesai, DKA dan CTB berbaur bersalaman dengan cara
  1. Untuk Putra Tangan kiri menyalami CTB, tangan kanan menepuk pipi
  2. Tangan Kiri menyalami CTB tangan kanan menepuk pundak kanan
  3. Adat ambalan tersebut berlaku sampai tahun 1999, karena terjadi penyalahgunaan dan kekurang fahaman memaknai kata menepuk pipi hingga pada pelaksanaannya adalah bukan menepuk tetapi menampar.
  4. Adat Ambalan yang berlaku hasil Revisi Dewan Pembina tahun 2000 adalah Tangan kanan menyalami dan saling mengepal, tangan kiri menepuk pundak sambil memberi semangat
CTB dan DKA pada saatnya nanti akan menjadi teman seperjuangan yang akan mengemban tugas. Sehingga pada saat – saat latihan jiwa persaudaraan dan semangat kebersamaan selalu tetap terjaga. Setelah pelantikan Baret, kegiatan latihan lapangan berakhir. Dan lebih difokuskan pada pemantapan dan pengujian materi Syarat Kecakapan Umum ( SKU )
Dalam Perkembangannya hingga sekarang Pelantikan Baret mengalami berbagai macam variasi. Diantaranya adalah, Lokasi Pencarian Baret kadang berpindah ke perkampungan. Baret disimpan di rumah-rumah penduduk, dan anggota CTB akan mendapatkan tugas dari sang empunya rumah. Mereka harus melaksanakan tugas tersebut untuk dapat mendapatkan baretnya

e) Pelantikan TKU

Dalam kurun waktu 4 minggu berturut – turut, setelah mendapatkan Baret. Anggota CTB harus berjuang mendapatkan pengesahan SKU sebanyak-banyaknya dari Dewan Pembina setelah sebelumnya mereka di uji terlebih dahulu oleh Anggota DKA / DKR / DKC ( Bantara / Laksana / Pandega ). Sebab syarat-syarat mengikuti Pelantikan TKU adalah :

  1. Mendapatkan 25 point SKU ( 95 % ) yang telah di syahkan oleh Dewan Pembina
  2. Telah mengikuti Tiga Tahap Latihan Lapangan ( Pengenalan, Penjajakan/ telah mengenakan Syal dan Kitri Tunggal, dan telah berhak mengenakan baret / Vet / Bonny)
  3. Presentase Kehadiran 80 %
  4. Sehat Jasmani dan Rohani
Pada Pelantikan TKU ini, CTB Akan melakukan perjalanan jauh ( Long March ) selama sehari semalam dengan Jarak ± 30 Km ( sebagai Contoh : Ciawigebang – Cipicung – Salareuma – Suganangan – Padarama – Sukadana – Cihirup – Kalimanggis – Makam Kadurama ). Seiring dengan perkembangan zaman jarak rute pelantikan ini semakin berkurang hingga mungkin sekarang ini hanya berjarak ± 5 – 10 Km. Kegiatan ini harus dilaksanakan untuk memenuhi salah satu Syarat Kecakapan Umum Tingkat Bantara yaitu melaksanakan perjalanan selama satu hari satu malam. Biasanya di mulai hari Minggu – Senin ( 1989-1999 ), atau Sabtu Siang - Minggu ( 2000 s.d sekarang )
Selama di perjalanan mereka harus melewati berbagai pos dengan materi pengetahuan umum, dan kepramukaan . Untuk fisik dan mental mereka akan di uji permasalahan di perjalanan dan Anggota CTB dituntut harus mampu memecahkan permasalahan tersebut, dengan fikiran jernih dan dewasa. Selain itu mereka juga hanya membawa perbekalan yang telah ditetapkan oleh DKA.
Long March ini berlangsung hingga malam hari, setelah diseling istirahat dan makan malam. Perjalanan dilanjutkan menuju lokasi pencarian TKU. Menjelang tengah malam pencarian TKU mulai dilaksanakan, ditengah kegelapan malam dan suasana sunyi tak menentu, anggota CTB melangkah di jalan setapak dengan penerangan seberkas sinar lampu badai yang di tempatkan di bawah pohon atau dipinggir jalan.
Meski dihantui perasaan takut namun CTB dengan tekad yang kuat harus mampu menemukan TKU di lokasi yang telah ditentukan. Dalam situasi ini CTB harus mampu menguasai keadaan, ia dituntut untuk berfikir jernih dalam menemukan TKU nya sekaligus harus mampu mengusir rasa takut yada pada dirinya. Mereka yang tenang dan mampu menguasai keadaan akan segera menemukan simbol Tanda Kecakapan Umum berupa Balok Bantara dengan perasaan yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. CTB yang telah mendapatkan TKU segera memberikan kode kepada DKA dengan meneriakan PAS / DP, Siap ! kemudian menandatangani sehelai kertas sebagai tanda atau bukti vahwa ia telah mendapatkan Balok Bantara.
Menjelang pagi tiba, melalui sidang ambalan yang menegangkan akhirnya mereka dilantik oleh Dewan Pembina. Betapa tak tergambar perasaan CTB saat itu setelah mereka berhak menggunakan TKU dengan perjuangan yang cukup melelahkan.
Selanjutnya pada pagi harinya atau pada hari Senin setelah Upacara Bendera selesai, Para Bantara Yang baru dilantik berbaris rapi menuju Ka Mabigus untuk dikukuhkan, diterima dan syah sebagai Bantara Ambalan Pangeran Arya Santang Dan Dyah Pitaloka ditandai dengan penyiraman air kembang kepada seluruh Bantara Baru dilanjutkan dengan ucapan selamat dari seluruh Dewan Pembina

Bagi Calon Tingkatan Bantara ( CTB ) yang tidak bisa mengikuti kegiatan sampai tahap akhir ( presentase Kehadiran kurang dari 80 % ) atau pada saat pelantikan tidak bisa mengikuti dikarenakan sakit. Mereka masih diberi kesempatan yaitu bisa mengikuti pada tahun berikutnya dengan syarat mereka bisa mematuhi ketentuan-ketentuan yang telah ditentukan oleh Dewan Kerja Ambalan dan Dewan Pembina.

3 komentar:

Anonim mengatakan...

slam pramuka...
salam jja deh bwt nak@ ctb khususnya bwt ika oktaviano smoga dya bsa jga dri dya...by caban smkn 3 kuningan.maksihhhh

Anonim mengatakan...

duh duhhh...sukses aja deh bwt nak2 ctb ciawi gebang kiningan yupssss...smpein slam ini sama ika oktaviani nakl ctb x 4...mkasih
,,,my fb ,,,,,


ryandarmansyahintani@yahoo.com

Anonim mengatakan...

i love you ikaand im sory...by ryan...moga prmuka kab kuningan tambah maju jjjaaa