Pages

Dasa Dharma Pramuka

Kedai

www.raff29.wordpress.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 14 April 2010

Pramuka Bikin Film ?


Aku mematung dengan tawa yang tak terucap,

aku menangis dengan air mata yang terpanggang kemarau.

Aku bersembunyi di balik sandi-sandi,

dan hidupku di tentukan pada ketika berjalan di dua simpangan.

membiarkan yang tersayang terpanggang

atau menyelamatkan si benci dengan sayang.

Aku tetap mematung di dua simpangan,

dengan tawa dan tangis yang tak dapat di terjemahkan

 

 

KALA SANDI BERKATA


Oleh AR. AFFANDI

Minggu 4 Oktober 2009


RISMA Berdiri di atas bukit, ia membawa sepasang bendera semaphore Kemudian tangannya dengan gemulai namun penuh ketegasan membentuk sandi-sandi dan merangkai sebuah kalimat . Ia sengaja memisahkan diri dari teman-temannya yang sedang sibuk berlatih pramuka. Setelah lelah, ia kembali menuruni bukit, ia mengambil sesuatu dari tasnya. Sebuah buku harian kini ada di tangannya. Seolah tak mau peduli dengan semua yang ada disekitarnya, Risma kembali menggerakkan tangan dan jemarinya, membuat sebuah tulisan berbentuk sandi-sandi.
Ia memang terkenal jago di bidang sandi-sandi, dari mulai semaphore, Morse, Sandi Kotak, Sandi rumput, dan semua sandi yang ada di kegiatan Kepramukaan ia kuasai semua.. 
Sementara itu, disebuah lapangan yang cukup luas beberapa sangga Pramuka Penegak bantara tengah sibuk berlatih Kolone Tongkat, dan Baris berbaris. Nampak dari kejauhan 4 orang yang berpakaian Pramuka berjalan dengan gagah layaknya jagoan. JAKA. seorang laki-laki berperawakan sedang dan berwajah tampan, NURI. Seorang perempuan tomboy, RULLY laki-laki tinggi besar yang suka iseng dan berwatak keras tapi punya sifat jorok, serta CHIPAY laki-laki berperawakan tinggi besar dan berambut lurus yang kelihatn sedikit culun. Mereka semakin mendekat, kemudian berdiri sejajar membentuk satu shaf.
Tiba-tiba mereka berbalik. Satu persatu tangan mereka mengeluarkan sebuah syal berwarna biru. Mereka membentangkan tangannya satu persatu dan dengan gerakan yang sigap mereka memasangkan syal biru tersebut dikepala mereka
4 orang itu kembali berbalik. Satu persatu sorot mata mereka menatap tajam, namun ada keanehan di orang ke empat yaitu CHIPAY. Bukan sorot mata yang tajam yang ia perlihatkan, tetapi wajah bingung yang tampak karena ikatan syal birunya menutupi matanya. Hingga menabrak salah satu temannya hingga mereka berlima terjatuh saling bertindihan
Dari arah berlainan, sepasang kaki bercelana coklat dan bersepatu pantovel hitam mendekati kelima anak yang sedang tertawa cekikikan karena kelakuan si CHIPAY. Melihat sepasang kaki itu serentak mereka menghentikan tawanya. Kemudian perlahan mata mereka menyapu pandang dari ujung sepatu hingga ke atas. Ketika mereka melihat sosok didepannya adalah seorang pembina, buru-buru mereka bangkit dan berusaha meluruskan barisan.  Tapi tetap kacau. Ada yang lencang kanan, ada juga yang lencang kiri, ada yang setengah lengan lencang kanan, ada juga yang setengah lengan lencang kiri.
“ Sangga kalian tidak pernah serius....! Siaaapppp Gerak....!” dengan suara mengelegar Pak Rasyid mengingatkan Sangga tersebut
Mendengar suara yang sangat keras itu, tiba-tiba CHIPAY jatuh Pingsan.
----***-----

            Angin berpelesir menyusuri pesisir pantai. Pagi itu, masih dingin. Desirnya menampar-nampar hutan bakau yang masih gelap tersamar sisa-sisa malam. Hembusannya kadang nakal membelai pipi kerontang yang duduk diatas karang. Disamping perempuan itu, duduk seorang lelaki muda yang sibuk menyalakan korek api. Usahanya sia-sia berperang melawan angin.
            “ Sialan…….!! “ Arya memaki sambil terus berusaha menyalakan korek api.
            “ Kapan kamu hentikan kebiasaan merokokmu itu, Ar ? “
            “ Jangan pernah melarang aku Ris ! Aku bisa sekarat jika kepenatanku dibiarkan tanpa rokok. Bisa pecah otakku nantinya !” 
            “ Seharusnya kamu sudah berhenti sejak bronchitismu kambuh lagi. Merokok pagi-pagi dengan perut kosong seperti itu membahayakan, Ar ”
            Tanpa peduli pada Risma, Arya terus berusaha menyalakan api..
            “ Ah…nyala juga “, ia menyedot rokoknya dalam-dalam, kemudian menghembuskan asapnya mengotori udara pagi itu. “ Peduli setan, Ris !”
            “ Kamu keras kepala, Ar !”
            “ Kita sama-sama keras kepala kok, Ris !”
            “ Maksudmu ? “
            Aku tak habis fikir. Kenapa kau tak mau orang tuamu mengetahui hubungan kita ? “ Arya kembali menghembuskan asap rokoknya. Risma terdiam sejenak.
            “ Mengertilah, Ar. Kamu tau. Orang tuaku akan memberhentikan sekolahku kalau mereka tahu kita pacaran. “
            “ Apa salah kita pacaran ?”, Arya memotong. “ Apa karena aku lebih tua darimu ? Apakah seorang Ari begitu jahat dimata orang tua kamu ? Apa yang salah diantara kita, Ris ?”
            “ Kamu tidak mengerti, Ar ”
            “ Ah….selalu kalimat itu…” Arya membuang rokoknya dengan kesal.
            “ Sudahlah, Ar. Aku capek. Kita pulang sekarang “
            Masih dengan perasan marah, Arya mencabuti satu persatu patok tenda. Sementara itu Risma sibuk mengemasi barang-barang kedalam tas ranselnya. Sebentar kemudian mereka berdua telah berada di dalam mobil.
            Kijang Merah itu melaju kencang bersama diamnya Arya dan Risma.

----***-----

            Kijang Merah itu berhenti disebuah Gang.
            “ Please. Ris. Untuk terakhir kalinya aku meminta. Bolehkah aku mengantarmu ke rumah ?”
            “ Maaf, Ar. Ngga bisa..Sampai ketemu nanti ya….” Risma bergegas turun dari mobil, tangannya melambai ke arah Arya yang tampak kecewa. Laki-laki itu kemudian perlahan menekan pedal gasnya, pergi melaju dijalan. Sementara Risma berjalan menyusuri gang hingga tiba didepan sebuah rumah di ujung jalan berbatasan dengan kebun yang rimbun.
            Rumah kecil peninggalan Belanda itu masih tertata rapi dan kokoh. Letaknya jauh diujung gang. Agak terpisah dengan rumah-rumah lainnya di kompleks itu. Sebuah halaman berumput hijau dengan tanaman-tanaman juga tertata indah disana sedikit menghilangkan kesan angker dari rumah tua tersebut. Di paviliunnya terdapat sebuah kamar yang dihuni oleh sang empunya rumah. Mang Sarma namanya. Laki-laki setengah baya itu menyewakan rumah itu pada Risma sejak tiga tahun yang lalu. Saat itu datanglah sepasang suami istri dengan kedua anaknya dengan maksud menyewa rumah tersebut. Anehnya, dengan  alasan melatih kemandirian. Kedua orang tua itu meninggalkan kedua anaknya yang masih belia itu di rumah tersebut dan menitipkannya pada Mang Sarma. Sejak saat itulah Mang Sarma tak ubahnya menjadi Orang tua asuh Risma dan Tria yang mempunyai keterbelakangan mental. Mang Sarma hanya tinggal sendiri. Istrinya sudah meninggal, dan ia tidak mempunyai anak, hingga ia menganggap Risma dan Tria sebagai anaknya sendiri.
            “ Baru pulang neng ? “ tiba-tiba Mang Sarma muncul dari samping rumah mengagetkan Risma dari lamunannya.
            “ Eh..Iya Mang. Bagaimana keadaan Tria ?”
            “ Baik-baik saja neng…”
            “ Makasih, ya Mang. Udah jagain Tria..”
            “ Sama-sama, Neng. Oh ya, neng. Mamang Cuma mau ngasih tahu. Minggu depan Mamang ingin pulang ke kampung. Mungkin disana Mamang agak lama. Tolong Jagain rumah ya Neng…   “
            Risma hanya mengangguk ringan, ia bergegas masuk kedalam rumah. Ia kangen sekali pada adiknya setelah satu malam ia berkemah ditepi pantai bersama Ari. Entah kenapa ia tidak merasa khawatir sering meninggalkan Tria yang kurang normal dibanding dengan  anak perempuan lainnya. Risma yakin Mang Sarma bisa menjaga adiknya itu.
            Saat masuk kedalam kamar, tampak Tria sedang menggangguk-anggukan kepalanya menikmati musik yang ia dengar dari headset. Ia tersenyum ketika tahu Risma telah ada didalam kamarnya. Perempuan itu memeluk tubuh Risma.
            “ Neh Risma hudah mulang…. “
            “ Iya sayang….kamu baik-baik saja ?”
            Tria mengangguk, kemudian melepaskan headset yang ada ditelinganya lalu memasangkannya ditelinga Risma. Risma kaget, gendang telinganya serasa pecah. Volume headset itu benar-benar full. Perlahan ia mengecilkan volumenya kemudian tersenyum kearah Tria sambil mengangkat jempol. Ia kembali mengembalikan headset dan memasangkan kembali ke telinga Tria. Perempuan Autis itu melonjak-lonjak kegirangan. Risma hanya tersenyum kemudian merebahkan tubuhnya diranjang, sejenak melepas kepenatan. Sambil fikirannya melayang pada ucapan Mang Sarma tadi. Orang tua itu ingin pulang kampung, siapa yang akan menjaga Tria nanti ?


Suatu Waktu, Mereka yang sama-sama aktif di organisasi Pramuka. Melakukan sebuah perjalanan dalam Pelantikan TKU yang mengantarkan mereka pada sebuah pengalaman menantang. Kelompok mereka tersesat di sebuah tempat yang asing. Berbagai rintangan mereka hadapi mulai terjebak badai kabut, kehilangan bendera merah putih sebagai tanda ikut perjalanan , hingga hilangnya RISMA di tengah hutan dan bertemu dengan orang-orang yang misterius.
Diakhir cerita mereka bisa kembali mendapatkan bendera merah putih dengan segala perjuangannya dan juga berhasil menemukan RISMA dan berkat Kepiawaian RISMA dalam menerjemahkan sandi ia berhasil mengetahui rahasia keluarganya selama ini.
Film ini bertema petualangan dengan misi membangkitkan nasionalisme, Kejujuran mengungkap rahasia, dan perdamaian yang kian pudar terutama di generasi muda.

JANGAN KALIAN DENGUNGKAN BESARNYA MOMENT KEMERDEKAAN KALAU KALIAN TIDAK MENGERTI MAKNA PERBEDAAN. JANGAN KUMANDANGKAN KEBANGGAAN KALIAN, KALAU KALIAN TAK AKUI PERSAUDARAAN, SERTA TAHU HITAM DAN PUTIH.
DWI WARNA BERKIBAR
DWI WARNA BUKAN MILIK GOLONGAN
DWI WARNA MILIK KITA SEMUA
DWI WARNA MILIK INDONESIA
MERDEKA INDONESIA
MERDEKA KITA DALAM SATU !

            Penasaran dengan cerita ini ? atau Adik-adik ingin terlibat langsung di dalamnya ?
Buat semua anggota Pramuka dimana saja berada, Roverscout yang tergabung dalam Gp Production dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Pramuka yang ke 49 dan menyongsong pencanangan Kabupaten Kuningan sebagai Kabupaten Pramuka , kamiakan memproduksi sebuah FTV dengan latar belakang cerita Kepramukaan.
            Buat Adik-adik yang ingin menjadi salah satu pemain yang ada dalam cerita ini silahkan menghubungi 0232878613 ( Operator ), 081324407928 ( Ka Rois ) atau 085724244444 ( Kak Angga )
            Di tunggu Ya…!