Pages

Dasa Dharma Pramuka

Kedai

www.raff29.wordpress.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Minggu, 25 Desember 2011

Konsistensi Tanpa Batas

 Sebuah Catatan Kecil dari Scout Indie Movie Award 2011 Kwarda Jabar


Hujan deras  tak kunjung berhenti, ketika kujejakan kaki di kota berjuluk Paris van Java. Setelah tiga hari  sebelumnya tubuh yang kian ringkih ini didera hujan dan dingin kabut pagi hari di hutan pinus Linggarjati. Namun, dinginnya malam,kabut dan embun pagi di rindangnya pinus,hujan dan parit yang membanjir, matahari yang malu-malu menyembul di ujung pantai laut utara telah menjadikan aku seperti 15 tahun lebih muda.
Telepon di setengah delapan itu membuatku sedikit terhenyak. Bagaimana tidak setelah kuputuskan untuk tidak jadi berangkat ke Bandung dan telah merasa nyaman tinggal di hutan bersama peserta didikku, tiba- tiba aku harus segera berangkat menuju ibu kota Jawa barat meninggalkan peserta didikku di Jambore Cabang. Malam itu pula kuputuskan pulang ke rumah untuk menyiapkan segalanya. 
 
Jalanan di Monumen Perjuangan Rakyat berubah menjadi seperti aliran sungai, sementara langit Bandung masih diselimuti mendung dan derasnya hujan membuat pakaianku basah kuyup. Sudah hampir tiga jam setengah aku berteduh dari derasnya hujan disebuah warung . Untunglah hangatnya kopi, membuat tubuhku tak begitu kedinginan. Nampak diseberang jalan sebuah panggung besar berdiri kokoh dengan lambang tunas kelapa dibawahnya juga basah kuyup berdiri kedinginan.
 
Panggung itulah yang akan mencatatkan sejarah. Sejarah bagi Kepramukaan di Jawa Barat dan Sejarah besar di kehidupanku. Setelah sebelumnya terpuruk akibat kegagalan produksi film Kala Sandi Berkata yang telah menghabiskan dana lebih dari 20 Juta. aku mencoba tetap konsisten dalam berkarya. Tanpa henti mencoba mencurahkan apa yang terbersit dalam otak dan jiwa menjadi sebuah imajinasi yang dibuktikan dalam karya. Meski dengan penuh keterbatasan, meski penuh dengan perjuangan dan pengorbanan.
Barangkali aku termasuk orang aneh yang selalu memaksa dengan halus agar orang-orang mau menghargai karya-karyaku. Mereka kupaksa untuk melihat karya-karyaku. Banyak yang memuji tapi tak jarang pula yang hanya diam tanpa komentar. 6 buah film sudah kubuat muai dari tahun 1997 “ Mawar terakhir di Kaki Bukit” yang masuk 40 nominasi film terbaik di Festival Film Independen Indonesia, “Cinta Hanyalah Cinta” ( 2007 ), “ Sang Perawan dan Tunawisma “ ( 2008), “ Cinta Diakhir Seren Taun “ ( 2009), Kala Sandi Berkata ( 2010 ), dan Arjuna Turun Kadunya (2011 ).
Berbekal dari pengalaman itu dan workshop pembuatan film dokumenter pada Pekan Budaya Seni dan Film , aku mengikuti Scout Indie Movie Award, salah satu festival film Indie yang di selenggarakan oleh Gerakan Pramuka Kwartir Daerah Jawa Barat. Aku mengirimkan sebuah film semi dokumenter yang berisi tentang curahan hati seorang anggota Gudep Roverscout ( Djay Hidden ). Roverscout adalah komunitas pecinta Pramuka  yang sudah tidak muda lagi dan tidak ternaungi oleh instansi manapun. Mereka terkenal sebagai penyusun api unggun. 
Setelah sekian lama menunggu, saat jarum jam tepat berada di titik 16.30. Aku memaksakan diri menerobos sisa-sisa hujan  sore itu. Bertanya-tanya pada panitia, hingga aku terdampar disebuah ruangan yang cukup dingin. Kalau di luar tadi aku kedinginan karena hujan, tapi diruangan ini AC membuatku kedinginan setengah mati. Ruangan ini adalah tempat berlangsungnya Workshop Scout Indie Movie sepertinya diantara peserta yang hadir saat itu, akulah peserta paling tua ( hehe...tapi yang jelas jiwaku lebih muda daripada mereka ). Diawali dengan sedikit ulasan tentang film-film yang telah masuk di Scout Indie Movie award  Oleh Kak Panda ( Sutradara ), Kak Henry ( Penulis Skenario ) dan Kak Mugi ( Editor ). Mereka menilai film-film yang sudah masuk di Scout Indie Movie Award ( 15 Judul Film ) adalah film-film terbaik, mereka tidak menyangka kalau pramuka punya kreativitas yang cukup tinggi untuk membuat salah satu karya seni.
Sebetulnya aku kurang begitu konsen mendengarkan penuturan mereka, aku benar-benar cukup terganggu dengan dinginnya ruangan itu. Hingga tiba pemutaran tiga film terbaik, aku tidak sadar kalau film  pertama yang di putar adalah filmku " Sang Penyusun Api ". Merinding....ngga nyangka filmku menjadi salah satu nominasi film terbaik di festival itu. akhirnya aku didaulat untuk tampil di depan dan menjawab beberapa pertanyaan dari peserta, dewan juri dan pembawa acara.
Secara pribadi, kalau aku menilai ( penilaian aku tentunya tidak seobyektif Dewan Juri ) dari ketiga film terbaik yang ditayangkan, yaitu " Sang Penyusun Api ", " Arti Sahabat " dan " Hadiah Untuk Negeriku ", film akulah yang layak menjadi The Best Movie ( hehehehe ngarep banget ). Barangkali pembaca juga dapat menilai dari link berikut ini : 










Sayang untuk film Arti Sahabat aku belum mendapat link-nya. Bagaimana Menurut Kalian ?

Menjelang maghrib, acara Workshop di tutup, aku sudah tidak kuat lagi menahan cairan di kantong urine ku, segera ku berlari menuju toilet. Setelah selesai menuntaskan hajat kecilku aku berlari menuju panggung utama dengan menerobos rintik-rintik hujan di senja itu. Beberapa group Band membuka panggung hiburan di acara malam Anugerah Scout Indie Movie Award. Hampir semua personilnya adalah anggota Pramuka. Sebagai seorang Pramuka yang sudah tidak muda lagi, aku cukup merasa bangga melihat penampilan mereka. Andai saja di Kwarran Ciawigebang, anggota Pramukanya sekreatif mereka tentunya aku akan melasa lebih bangga lagi.

Pukul 20.00 Kak Kwarda beserta jajaranya tiba di panggung utama, tanpa pengawalan yang ketat dan dengan gaya yang santai beliau menyapa semua penonton yang hadir malam itu. Gilanya...ketika penonton, bahkan pemulung dan penjual sekoteng lewat di depan beliau tak ada satupun aparat keamanan mengusir mereka. Beberapa anggota pramuka yang ingin difoto bersama ( termasuk aku hehe ) dilayani dengan ramah. Benar-benar santai dan tidak terikat protokoler. Dan ini menjadi salah satu hal yang membuat aku semakin kagum pada beliau.

Setelah berkeliling megunjungi stand yang ada di Scout Expo, akhirnya dengan tegang aku duduk menanti pengumuman pemenang Scout Indie Movie Award 2011. Alhamdulillah...ya filmku sesuatu banget hehe. Meski tidak sesuai dengan harapan, filmku mendapat penghargaan sebagai The Best Story Scout Indie Movie Award, sementara " Arti Sahabat " mendapatkan penghargaan sebagai The Best Editing Scout Indie Movie Award. dan untuk penghargaan The Best Movie Scout Indie Movie Award diraih oleh film " Hadiah Untuk Negeriku ".
Dengan hidung yang mengembang, aku naik panggung utama bersama dengan dua peserta lainnya. Kilatan lampu kamera berpendaran diatas panggung. Aku merasa menjadi slebritis dadakan malam itu. Apalgi ketika Ka Kwarda berjalan menghampiriku,
" Wah...sepertinya ini orang film asli...nih " ucapnya sambil menyalamiku. Aku hanya tersenyum.
" Judul fimnya apa kak ?" ucapnya lagi.
" Sang Penyusun Api ", dengan sedikit gemetar karena grogi aku menjawab.
" Hmm...dari judulnya saja sudah hebat. Selamat ya...! Ini ada sedikit uang pembinaan, tidak seberapa nilainya tapi mudah-mudahan bisa memotivasi kakak untuk terus berkarya ". Kak Kwarda menyerahkan trophy The Best Story dan sebuah amplop. Aku menerimanya dengan bangga. Dan kembali jepretan kamera dengan kilatan blitz mewarnai panggung malam itu.
Akhir tahun yang cukup indah, setelah tahun 2003 karyaku Mawar Terakhir di Kaki Bukit hanya menjadi 40 nominasi film terbaik, akhirnya di akhir tahun 2011 inilah karyaku benar-benar mendapat apresiasi yang cukup tinggi. Terimakasih buat semuanya, yang telah membuat aku tetap konsisten di jalur film. Meski sempat jatuh bangun, imajinasiku tidak akan pernah kering untuk membuat karya yang lebih baik. Dan ini bukan pencapaian terakhirku, tapi inilah tonggak awal kebangkitanku menuju karya yang lebih sempurna.

Sebelum pulang, aku sempat berpamitan dengan Kak Kwarda dan memberikan kenang-kenangan berupa DVD film Kala Sandi berkata. Aku berharap film itu dapat menginspirasi kak Kwarda untuk me remake film tersebut sesuai dengan janjinya bahwa pada tahun 2012 Kwarda Jabar akan membuat film pramuka dengan crew para pemenang Scout Indie Movie Award tahun ini. Semoga ini menjadi kenyataan. Amin...

Minggu, 04 Desember 2011

Sang Penyusun Api

Film dokumenter ini berisi tentang curahan hati seorang anggota Gudep Roverscout ( Djay Hidden ). Roverscout adalah para anggota Pramuka yang sudah tidak muda lagi. Mereka terkenal sebagai penyusun api unggun. Setiap tahun, mereka berpindah dari satu perkemahan ke perkemahan yang lain untuk membantu menyusun api unggun dengan berbagai bentuk dan tehnik penyalaan yang berbeda.
Sementara banyak remaja-remaja lain terbawa arus keliaran masa muda, Djay kecil ( Azis Sanusi ) telah memilih dan mencintai Pramuka sebagai jalan untuk pencarian jati dirinya.

Kecintaannya pada Pramuka mengantarkan dia menjadi seorang pengajar sekaligus menjadi Pembina Pramuka tanpa latar belakang pendidikan sebagai seorang guru.
Dari sekian banyak kegiatan Pramuka, Djay Hidden sangat menyukai proses penyusunan api unggun. Dari kegiatan inilah Djay menemukan teman-temannya yang tergabung dalam Roverscout.
Banyak nilai filosofis yang ia dapatkan dari kegiatan penyusunan api unggun tersebut. Menurutnya, Api Itu semangat, api itu sumber kehidupan. Menyusun dan menyalakan api unggun tidak semudah membalikkan telapak tangan. Ada perjuangannya, dari mulai menyusun kayu-kayunya dari sesuatu yang berantakan dan bercerai berai menjadi sebuah tumpukan yang kokoh dan tidak mudah roboh, hingga proses teknik penyalaannya yang diwarnai dengan beberapa inovasi. Ini mengandung kiasan bahwa kita sebagai warga Negara Indonesia yang terdiri dari berbagai macam suku dan adat yang berbeda beda jikalau bersatu maka akan memiliki energi yang cukup besar untuk menjaga, mempertahankan, dan memajukan tanah air.
Film ini ingin menyampaikan pesan bahwa Gerakan Pramuka adalah Sang Penyusun api sejati, Penyusun perbedaan menjadi sebuah kesatuan, penyusun perbedaan menjadi sebuah kekuatan, untuk satu Indonesia tanah air kita.
DOWNLOAD FILM SPA