Pages

Dasa Dharma Pramuka

Kedai

www.raff29.wordpress.com. Diberdayakan oleh Blogger.

Sabtu, 16 Mei 2009

Penerapan Outbond Dalam Pendidikan Kepramukaan




Pelatihan di alam terbuka dalam Kepramukaan sudah tidak asing lagi. Namun, kemasan yang kurang inovatif dan cenderung monoton membuat peserta didik cepat merasa jenuh. Sehingga lambat laun mereka meninggalkan kegiatan kepramukaan.

Seperti telah kita ketahui, bahwa tujuan akhir dari pendidikan kepramukaan adalah pembentukan sumber daya manusia yang berkualitas dalam mengolah organisasi dan mengolah diri. Melalui Out Bond, (suatu kegiatan yang mulanya dikembangkan di perusahaan-perusahaan untuk meningkatkan etos kerja dan menciptakan karyawan yang berkualitas), yang kemudian diterapkan dalam pendidikan kepramukaan maka proses membangun pemahaman terhadap suatu konsep dan membangun perilaku secara efektif akan dapat tercapai.

Ada berbagai alasan mengapa metode out bond ini dapat diterapkan dalam pendidikan kepramukaan, yaitu :

  • Metode ini adalah simulasi kehidupan kompleks yang dikemas menjadi lebih sederhana.
  • Metode ini menggunakan pendekatan metode belajar melalui pengalaman ( Experiental Learning )
  • Metode ini penuh kegembiraan karena dilakukan dengan permainan.

Selama ini, masih ada anggapan bahwa untuk menerapkan kedisiplinan harus melalui tindak kekerasan berupa bentakan atau malah melalui kontak fisik. Pola ini tidak akan mengena di zaman yang masyarakatnya telah melek hukum dan tahu tentang hak azasi manusia.

Mengingat ciri metode Out Bond yang berfokus pada upaya membangun kepemimpinan dan etos kerja baru serta membangun perilaku kreatif maka metode Out Bond harus dilaksanakan dalam suasana yang membebaskan peserta didik dari tekanan mental dan kekakuan komunikasi, baik antar sesama peserta maupun dengan instruktur.

Sebagai contoh, dalam pelaksanaan pelantikan TKU / TKK yang biasanya dilakukan dengan perjalanan melewati pos—pos yang ditentukan dan menjawab materi kepramukaan. Kegiatan ini bisa jadi membosankan kalau tidak diberi sentuhan inovatif.

Dalam kegiatan Out Bond kegiatan pelantikan TKU / TKK disulap menjadi sebuah permainan yang menantang dan akan menjadi lebih menarik karena menuntut peserta didik untuk selalu berfikir kreatif agar mempunyai kemampuan untuk mengembangkan gagasan kreatif dari peserta didik itu sendiri.

Instruktur/Pembina sebelumnya dapat memberikan deskripsi tentang permainan ini. Misalnya saat peserta datang mereka mendapatkan sebuah balon. Dan ketika semua peserta telah berkumpul mereka diperintahkan untuk meniup balonnya. Kemudian mereka bergabung dengan teman-teman lainnya yang mempunyai warna balon yang sama sehingga terbentuk regu-regu yang diberi nama sesuai dengan warna balon. Misalnya, regu merah, regu biru, regu hijau, regu kuning dan lain lain.

Selanjutnya, setiap regu akan mendapat instruksi dari instruktur/Pembina bahwa mereka akan mendapat tugas mencari harta karun. Dan untuk mendapatkan petunjuk perjalanan mereka harus mampu memecahkan sandi atau sebuah teka-teki.

Penggunaan kata ‘ harta karun ‘ untuk TKU dimaksudkan untuk menimbulkan rasa penasaran dari peserta didik.

Setelah setiap regu mampu memecahkan sandi-sandi dan mampu menemukan petunjuk perjalanan. Mereka kemudian berusaha menemukan petunjuk perjalanan berikutnya sesuai dengan arahan yang ada di petunjuk perjalanan sebelumnya. Begitulah seterusnya.

Disetiap Pos dimana petunjuk perjalanan berada, setiap regu harus mampu menjawab pertanyaan seputar masalah kepramukaan sesuai dengan Syarat Kecakapan Umum / Khusus yang di ujikan.

Jika mereka berhasil menjawab pertanyaan dengan sempurna, maka mereka berhak mendapat petunjuk perjalanan selanjutnya dan alat ( bahan ) yang akan dipakai untuk mencari harta karun di Pos terakhir.

Di Pos ini untuk bisa mendapatkan harta karun bisa diterapkan beberapa permaianan diantara adalah Air Bridge, Flyng Fox, Spider Web, Human Ladder, Pipa bocor, Labirin dan lain –lain.

Di akhir kegiatan, instruktur / Pembina harus menjelaskan makna dan tujuan dari permainan yang telah peserta didik lakukan agar mereka dapat menilai sendiri dan dapat menyimpulkan makna perjalanan apa yang mereka dapatkan dalam permainan ini untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai instruktur/Pembina tidak boleh memberikan penilaian terhadap jawaban peserta didik pada saat evaluasi kegiatan. Juga tidak memberikan petunjuk sesuai keinginan instruktur/pembina, karena proses belajar harus datang dari ungkapan dan pemahaman peserta terhadap kegiatan. ( Juara III Lomba Karya Tulis Essai Kepramukaan Kwarran Ciawigebang 14 Agustus 2008 )

0 komentar: